Catatan YLKI: Film “Benyamin Biang Kerok” Tak Layak Ditonton Anak

Sabtu sore (03/03/2018) saya dan keluarga menonton film Benyamin Biang Kerok (BBK) di sebuah bioskop di bilangan Kramatjati, Jakarta Timur. Ada beberapa catatan terkait film tersebut, baik saat pra pemutaran dan atau konten dari film BBK itu.

Pertama, sangat ironis saat sebelum pemutaran film BBK pihak bioskop mendahului dengan tayangan iklan rokok dari salah satu industri rokok besar. Bahkan lebih ironis lagi, di sesi awal, film BBK sangat jelas pesan sponsor dari merek rokok mild ternama, menampakkan bungkus rokok di meja, puntung rokok dan adegan merokok oleh Lidya Kandou, sebagai salah satu pemain BBK.

Kedua, walau dalam tayangan BBK banyak menampilkan suasana anak, seperti saat main bola atau belajar di taman bacaan, tetapi sayangnya film BBK banyak dibumbui dengan adegan kekerasan fisik secara telanjang, dan atau kekerasan verbal.

Ketiga, film BBK juga cenderung menampilkan adegan yang menjurus pada visualisasi pornografi dan porno aksi, terutama saat di suasana kasino (tempat perjudian) dan perilaku boss kasino yang diperankan oleh H. Komar.

Dengan tiga perspektif itu, film BBK kurang layak ditonton oleh anak-anak. Sebaiknya orang tua tidak mengajak anak-anaknya untuk menonton film BBK. Dan pihak managemen bioskop pun seharusnya melakukan hal yang sama. Secara keseluruhan pesan moral film BBK memang untuk dewasa, atau setidaknya untuk usia 17 tahun ke atas. Tetapi dengan mengambil tagline Benyamin, maka asosiasi publik terhadap konten film BBK tentulah film humor, yang ramah terhadap anak-anak. Namun nyatanya tidak demikian.

Jakarta, 04/03/2018
Gambar: Screenshoot laman bisniswisata .co.id

Tulus Abadi,
Ketua Pengurus Harian YLKI


Source: YLKI

Tags: