Monopoli, Kenaikkan LPG Ditolak

No comment 673 views

tabung-lpgSURABAYA – Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (YLPK) mendesak pemerintah untuk segera membuka keran masuknya pemain baru di bisnis elpiji, agar Pertamina yang selama ini menjadi pemain tunggal tidak arogan dengan berkali-kali menaikkan harga. Tuntutan tersebut sebagi reaksi dari rencana Pertamina menaikkan harga elpiji non subsidi.

“Kalau Pertamina ingin menaikkan harga elpiji lagi, masyarakat pasti dirugikan,” kata Ketua YLPK Jatim, M Said Utomo saat dihubungi Selasa (11/5).

Sebelumnya, Pertamina berencana menaikkan harga elpiji 12 kg, 50 kg dan elpiji curah atau bulk dalam waktu dekat.Bila rencana awal kenaikan bertahap Rp 100/kg/bulan, saat ini Pertamina meminta kenaikan lansung secara total sesuai harga keekonomian. Jadi, bila harga keekonomian yang dipatok Pertamina Rp 9.700/kg dan saat ini harga jual Rp 5.850/kg artinya kenaikan bisa mencapai Rp 3.850/kg atau Rp 46.200/tabung 12 kg. L

Alasan Pertamina menaikkan harga untuk meutupi kerugian, menurut Said tidak fair karenaselama ini Pertamina memonopoli bisnis elpiji. “Bagaimana Pertamina bisa mengaku rugi kalau selama ini tidak ada pesaingnya,” tandasnya.

Said mencontohkan, sebelum dibuka keran untuk pemain baru di bisnis telekomunikasi, PT Telkom yang menjadi pemain tunggal juga berkali-kali menaikkan harga karena mengaku terus merugi. “Tapi buktinya setelah banyak pemain masuk, mereka justru bisa menurunkan harga dan masih bisa meraih untung. Saya rasa seandainya Pertamina mempunyai pesaing, keadaannya akan sama seperti di bisnis telekomunikasi saat ini,” katanya.

Di lain sisi Senior Vice President Pemasaran dan Niaga Pertamina, Hanung Budya Yuktianta mengatakan tahun lalu saja Pertamina sudah rugi Rp 2,6 triliun. ”Kalau tidak segera dinaikkan, kerugian kami akan semakin membengkak,” katanya.

Diakuinya ada perubahan skema, bila dulu bertahap tiap bulan saat ini Pertamina meminta kenaikan dilakukan dalam satu kali penyesuaian menuju harga keekonomisan. “Rencananya kami akan menaikkan secara bertahap sebesar Rp 100 per kilo per bulan. Setelah kita evaluasi, lebih baik kita naikkan sekali saja. Daripada nanti masyarakat resah tiap bulan,” katanya.

Saat ini usulan kenaikan harga elpiji sudah masuk ke Kementrian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). “Kami sudah ajukan usulan bulan lalu, sekarang mungkin masih diproses oleh kementrian BUMN,” kata Hanung. Di pasar sekarang, Pertamina menjual elpiji 12 kg kepada konsumen dengan harga sekitar Rp 5.850 per kg. Elpiji kemasan 50 kg dijual seharga Rp7.355 per kg.

Dikatakannya, yang menjadi patokan harga keekonomian Pertamina adalah LPG Saudi Aramco.Saat ini harganya 720 dollar AS per ton atau sekitar Rp 6,48 juta per ton pada April 2010. Dengan asumsi biaya distribusi dan margin elpiji Pertamina sebesar 45%, harga per kg elpiji di titik konsumen seharusnya sekitar Rp 9.700 per kg.

Untuk memenuhi kebutuhan nasional, Pertamina sendiri masih harus mengimpor elpiji sekitar 1,4 juta—1,6 juta ton. Sementara kebutuhan nasional mencapai 3,6 juta ton untuk tahun ini. Impor tersebut berasal dari Petredex sebanyak 1 juta ton seharga Saudi Aramco minus 4 dollar AS per ton, dan sisanya diperoleh dari Petronas yang pengirimannya dimulai sejak April 2010.

Sumber : Surabaya Post