Sorotan YLKI: Visi Misi Bidang Kesehatan Para Cawapres Masih Sektoral

Secara umum debat berjalan dengan baik, masing-masing Cawapres telah memaparkan visi misinya. Berikut ini beberapa catatan YLKI terkait debat Cawapres, tadi malam, Ahad, 17/03/2019, yakni:

  1. Visi misi yang disampaikan para paslon cawapres terlihat terlalu teknis, dan sektoral. Lebih kepada visi misi seorang menteri, bukan seorang cawapres. Padahal persoalan yang ada harus disikapi dengan kebijakan yang komprehensif dan holistik;
  2. Terkait dengan persoalan BPJS Kesehatan dan stunting, sangat ironis, kedua paslon belum menonjolkan upaya preventif promotif secara serius, dan sistematis. Terbukti, para paslon tidak sedikitpun berbicara upaya pengendalian konsumsi tembakau. Padahal baik stunting dan defisit BPJS Kesehatan sekalipun, sangat erat kaitannya dengan upaya preventif promotif, salah satunya adalah pengendalian konsumsi tembakau.
  3. Benar stunting disebabkan karena kurangnya asupan gizi secara kronis pada rumah tangga miskin. Tetapi asupan gizi yang kurang itu karena alokasi pendapatan rumah tangga miskin lebih banyak untuk membeli rokok, bukan untuk membeli lauk pauk;
  4. Terkait BPJS Kesehatan, finansial defisitnya juga banyak dipicu oleh penyakit tidak menular, seperti jantung koroner, stroke, hipertensi, gagal ginjal, dll. Penyakit ini muncul karena faktor gaya hidup. Dan konsumsi rokok berkontribusi paling signifikan atas munculnya penyakit penyakit tersebut. YLKI mempertanyakan dengan keras para paslon tidak menjadikan upaya preventif promotif berupa wabah konsumsi rokok sebagai agenda kebijakannya. Ada kepentingan apa sehingga para cawapres tidak menyinggung upaya pengendalian konsumsi rokok? Aneh bin ajaib.
  5. Apalagi hasil Riskesdas 2018, prevalensi penyakit ridak menular justru melonjak drastis, dibandingkan prevalensi pada Riskesdas 2013. Lihatlah faktanya; prevalensi kanker dari semula  sebesar 1,4 persen (2013) menjadi 1,8 persen (2018), prevalensi stroke dari 7 persen menjadi 10,9 persen, penyakit ginjal kronik dari 2 persen menjadi 3,8 persen dan penyakit diabetes melitus dari 6,9 persen menjadi 8,5 persen.

Dengan melihat visi misi kedua paslon tersebut, YLKI sangat meragukan masalah kesehatan secara holistis akan bisa diwujudkan dan diatasi. Dan BPJS Kesehatan pun akan mengalami defisit finansial yang berkepanjangan.

Demikian sedikit sorotan. Terima kasih.

 

Wassalam,

 

Tulus Abadi,

Ketua Pengurus Harian YLKI.

Seluler: 0818 195030.

Note:

  1. Akses informasi dan pengaduan konsumen via: www.pelayanan.ylki.or.id;
  1. Donasi gerakan konsumen via Bank BCA, nomor rekening 035-3-805468 a/n YLKI II.


Source: YLKI

Tags: