Penataan perjalanan kereta rel listrik Jabodetabek per 1 Juli idealnya menyeragamkan kereta menjadi satu kelas. Sejauh ini PT Kereta Api Indonesia Commuter Jabodetabek merencanakan ada dua jenis kelas, yaitu KRL commuter line dan KRL ekonomi.
Pengamat perkeretaapian Taufik Hidayat mengusulkan itu, Jumat (1/4). ”Dengan dua kelas, akan ada kesenjangan keandalan kereta, antara KRL ekonomi dan KRL commuter line,” kata Taufik, Jumat.
KRL ekonomi rata-rata sudah tua dan tidak didatangkan lagi dari luar negeri. Selama ini impor kereta pun hanya untuk KRL berpendingin ruangan yang nantinya akan diseragamkan menjadi KRL commuter line.
Dengan adanya dua kelas kereta, Taufik khawatir kereta ekonomi sering mengalami gangguan dan menyebabkan perjalanan kereta lainnya menjadi terlambat.
Keamanan perjalanan kereta juga harus dipikirkan karena penumpang di setiap stasiun bisa membeludak setelah semua kereta berhenti di setiap stasiun.
Salah satu solusi masalah ini, menurut Taufik, penambahan kereta, penambahan listrik untuk operasional KRL, pembenahan persinyalan, perawatan sarana, dan persoalan pengelolaan aset. Apabila semua masalah itu tidak dibenahi sekaligus, perbaikan KRL bisa tersendat.
Dia khawatir jika kualitas pelayanan KRL merosot, akan menyebabkan penumpang kereta beralih ke kendaraan pribadi.
Keseimbangan pelayanan
Secara terpisah, pengurus Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Sudaryatmo, juga menegaskan bahwa penumpang kereta sebenarnya tidak terlalu mempersoalkan besaran tarif, tetapi lebih melihat pelayanan yang diberikan dari harga tiket yang dibayarkan.
”PT KCJ atau PT KAI harus mendeklarasikan fasilitas apa yang diperoleh penumpang dengan tarif yang ditetapkan itu,” tutur Sudaryatmo.
Perubahan pola perjalanan KRL pada 1 Juli nanti memang berkonsekuensi pada perubahan tarif, khususnya pada KRL ber-AC. Selama ini KRL ber-AC tarifnya bervariasi. Tarif KRL ekonomi AC jurusan Tanah Abang-Serpong, misalnya, Rp 5.500 per orang. Mulai 1 Juli tarif KRL ber-AC, yang nanti disebut KRL commuter line, seragam Rp 8.000 per orang dan rute terjauh, yakni Bogor-Jakarta Rp 9.000 per orang.
Sementara itu, tarif KRL ekonomi masih relatif sama, yaitu Rp 1.000-Rp 2.000.
Sudaryatmo mengharapkan, jadwal kedatangan kereta juga bisa digaransi dengan jadwal yang pasti sehingga penumpang bisa mengatur jadwal perjalanan mereka. Dengan begitu, penumpang mendapatkan kompensasi kenyamanan waktu perjalanan. Selama ini kedatangan KRL kerap meleset dari jadwal yang ditetapkan.
Sebelumnya, PT KCJ menyebutkan, perubahan pola perjalanan KRL tahun ini akan membuat waktu kedatangan kereta (headway) akan konsisten.
Sumber : Kompas