Model bisnis yang memadukan keuntungan dengan prinsip-prinsip perubahan sosial dan lingkungan telah banyak dipraktikan di sejumlah negara dan mendapat dukungan publik/konsumen dalam bentuk membeli produk-produknya.
Survey Social Entrerprise UK, 1 dari 3 warga Inggris merasa malu ketika membeli produk dari perusahaan yang secara sosial tidak peduli dan tidak bertanggung jawab terhadap lingkungan.
Bagaimana dengan kondisi di Indonesia ?
Secara umum ha-hal yang menjadi pertimbangan konsumen ketika menentukan pilihan suatu produk adalah :
Pertama, aspek ekonomi : (1) Ekonomi Mikro : berapa harga suatu barang ? Apakah harga itu wajar jika dibandingkan dengan barang yang sama mutu dan jumlahnya ? ; (2) ekonomi Makro : apakah ada kandungan bahan baku import / brand asing dalam barang tersebut ? Apakah dengan membeli produk tersebut berimplikasi adanya devisa keluar dan berdampak negatif terhadap neraca perdagangan antar negara ?
Kedua, aspek lingkungan : (1) Apakah kemasan suatu produk menggunakan secara boros bahan baku yang langka dan merusak lingkungan hidup ?; (2) Apakah suatu proses produksi suatu produk menghasilkan cemaran berupa limbah berbahaya ? apakah ada unit pengolah limbah?; (3) Dalam konteks global warming, produk lokal menghasilkan jejak karbon lebih rendah dibandingkan produk import.
Ketiga, aspek hukum : (1) Apakah produk tersebut legal dalam bentuk telah memiliki registrasi, lisensi atau standardisasi?; (2) Apabila berupa produk import, apakah produk tersebut masuk ke Indonesia secara legal?; (3) Apakah produk tersebut bukan merupakan produk bajakan, melanggar hak cipta, dll?
Keempat, aspek kesehatan dan keamanan ; (1) untuk produk pangan, apakah barang tersebut mengandung bahan atau zat tambahan (pemanis, pewarna, pengawet atau penyedap rasa)?; (2) Apakah bahan atau zat-zat tambahan yang digunakan itu berbahaya?; (3) Apakah akibat atau dampaknya terhadap kesehatan tubuh secara keseluruhan?
Kelima,aspek kepedulian sosial perusahaan : (1) apakah perusahaan menciptakan nilai tambah ( Value Chain ) bagi kaum miskin dalam setiap proses bisnis?; (2) apakah menciptakan akses bagi setiap orang untuk terlibat dalam kepemilikan suatu bisnis?; perusahaan mempunyai prinsip dalam berbisnis tidak hanya berorientasi pada keuntungan semata, tetapi juga pada peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat.
Tantangan dan peluang dalam membangun ekosistem yang kondusif dalam penerapan bisnis inklusif di Indonesia, adalah sebagai berikut :
(1) Masih terbatasnya informasi perusahaan yang telah mempraktikkan bisnis inklusif, berikut dampatnya bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat;
(3) Rendahnya consumer awareness, khusunya menjadikan kepedulian perusahaan yang peduli terhadap persoalan sosial menjadi preferensi dalam menentukan pilihan suatu produk;
(4) Perlu promosi massif pentignya penerapan bisnis inklusif: Bisnis Inklusif Award; dan
(5) Memasukkan penerapan bisnis inklusif dalam kerangka pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs);
Source: YLKI