Pemakai Pertalite Mengeluh Makin Boros, Ini Kata Ketua YLPK Jatim

Sebagian masyarakat mengeluh memakai BBM jenis Pertalite semakin boros sejak harganya naik per 3 September 2022 lalu. Saat ini harga BBM Pertalite Rp 10.000 per liter dari sebelumnya Rp 7.650 per liter. Namun Pertamina membantah telah mengubah kualitas BBM Pertalite.

Ketua Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (YLPK) Jatim, M. Said Utomo, mengatakan, kenaikan harga BBM jelas membuat masyarakat bertambah boros dalam pengeluaran rumah tangganya. Pemerintah memang memberi bantuan langsung tunai atau dikenal sebagai BLT untuk subsidi atas kenaikan harga BBM tersebut, tapi jumlahnya tidak cukup untuk “menomboki” borosnya pengeluaran akibat kenaikan harga BBM.

“Ya, jelas tambah boros bagi pengeluaran rumah tangga. Yang sebelumnya dengan uang Rp 15.000 bisa beli 2 liter cukup untuk puter-puter keliling kota atau desa tapi sekarang tidak cukup. Ditambah kebutuhan pokok kehidupan sehari-hari semua harganya juga ikutan naik. Besaran jumlah BLT yang diterima masyarakat tidak cukup untuk menutup ‘tombokan’ beban tambahan kenaikan harga BBM dan kebutuhan pokok lainnya untuk kepentingan hidup dalam waktu minimal satu minggu. Apalagi bagi mereka yang tidak ada pekerjaan dan bayaran tetap dalam bulanannya,” kata Said Utomo kepada DutaIndonesia.com dan Global News, Rabu (21/9/2022).

Silang sengkarut masalah BBM ini harus diurai dari banyak sisi. Misalnya mengurangi tingkat konsumsi BBM para petani dan nelayan dengan mengembangkan ekonomi digital. Said Utomo memberi saran, berdasarkan UU ITE No. 11 Tahun 2008 Pasal 40 ayat (2) yang menegaskan bahwa Pemerintah menfasilitasi pemanfaatan teknologi informasi dan transaksi elektronik sesuai peraturan perundang-undangan, maka sudah saatnya pemerintah memfasilitasi para petani dan para nelayan dalam pemanfaatan teknologi informasi dalam memasarkan dan memperdagangkan serta melakukan transaksi secara elektronik hasil pertanian dan hasil tangkapan ikan segarnya.

Hal ini akan tercipta Pasar Desa Online dan Pasal Laut Online. Bahkan pada gilirannya akan muncul Lumbung Desa Online. Meskipun para petani ada di desa terpencil dan pulau terpencil mereka tetap mampu memasarkan tanaman pertaniannya sejak pra dan proses tanam sampai pasca-panen. Begitu juga kegiatan para nelayan mampu memasarkan, memperdagangkan serta melakukan transaksi secara elektronik hasil tangkapannya meski mereka masih di tengah lautan. Sehingga ketika bersandar di pelabuhan atau pinggir laut bisa bertemu langsung dengan para konsumennya.

Pemerintah dapat menggunakan dana Universal Service Obligation (USO) hasil setoran triliunan rupiah pertahun dari para operator Telekomunikasi Nasional yang diterima pemerintah dalam upaya memfasilitasi para petani dan nelayan agar lebih produktif. Sehingga mereka tidak hanya konsumtif BBM. Jika demikian maka apa yang dimaksud dalam salah satu agenda sidang Presidensi G20 adalah Ekonomi Digital akan segera terwujud merata di NKRI.

“Ramalan Joyoboyo yang hidup pada belasan abad yang lalu yaitu pasar ilang kumandange, tanpo rupo lan tanpo sworo di era disruption tidak asing lagi. Tapi benar-benar jadi kenyataan bagi life style kehidupan Bangsa Indonesia!,” katanya.

Sebelumnya, masyarakat mengeluh memakai BBM jenis Pertalite bertambah boros seperti disampaikan netizen pemilik akun Twitter @AskrIfess seperti dilihat Rabu (21/9/2022). “Boros banget. Ngisi 15k biasanya awet, sekarang boros banget dan cuma dikit,” tulis akun @Askrlfess.

Cuitannya kemudian ramai ditanggapi komentar warganet lain yang juga merasakan memakai Pertalite menjadi tambah boros. “Iyes boros! Biasa full berkurang satu strip tuh dalam 2 minggu pas dipake kemana2, ini cuma bolak balik nganterin sekolah adek aja udah 2 strip dalam seminggu, edan,” tulis akun@zeamayszu.

“Lah baru diomongin tadi sama Ayah, dia yang biasanya 1 lt buat 3 hari sekarang cuma 2 hari. Sebelum naik biasanya seminggu habis 50k, sekarang nyampe 100k,” kata akun @antarasemesta.

“Entah cuma saya saja yang ngalami, perasaan semenjak Pertalite naik, rasanya tambah boros, biasanya full tank bisa untuk 3 hari aktivitas, sekarang cuma 2 hari, padahal rute ga berubah,” kata pengguna Twitter Indra#053 @80station, dikutip Rabu (21/9/2022).

Pengguna Twitter lain dengan nama akun @KaNgibuLKacrut juga merasakan yang sama. Bahkan dia mengaku sampai membongkar motornya untuk memeriksa apakah ada kebocoran yang membuat Pertalite yang dia beli lebih boros, tapi dia tidak menemukan apa pun.

“Bener banget itu, gue merasakan isi Pertalite kok boros, sampe bongkar motor cek ada yang bocor gak, ternyata kaga ada. Coba pake Vivo RON 89, ternyata perbedaannya sangat mengejutkan. Sekarang mending pake Vivo,” ujar @KaNgibuLKacrut.

Meski demikian, sama seperti dikatakan Said Utomo, ada juga netizen yang menduga Pertalite terasa lebih boros sebagai efek psikologis dari kenaikan harga Pertalite. Sebab mereka membeli BBM jenis ini dengan harga lebih mahal.

“Kenapa terasa lebih boros? Karena otak kita masih terpaku sama Pertalite di harga Rp 7.650 dan masih kaget dengan harga Rp 10.000,” kata @Nanangardianto_.

Seorang pengguna motor saat ditemui di SPBU Jl. A. Yani Surabaya menyebut senada. “Emang iya. Pertalite sekarang beda,” katanya singkat. Dia pun mengaku kini lebih memilih mengisi Pertamax daripada Pertalite meski harganya lebih mahal. “Lebih mahal dikit gak apa-apa asal mesinnya jadi tetap terjaga baik,” kata pria yang mengaku bernama Anom ini.

M. Anas, yang mobilnya biasa diisi dengan BBM Pertalite, kini juga memilih membeli BBM Shell di SPBU Shell Jl. Pemuda Surabaya. Dia memilih Shell Super yang setara dengan Pertamax dengan harga Rp 15.420. Sedang Pertamax sendiri mengalami kenaikan dari yang sebelumnya Rp 12.500 menjadi Rp 14.500 per liter.

SPBU asing seperti Shell kini juga semakin banyak jumlahnya baik di Kota Surabaya maupun di daerah lain di Jawa Timur. Begitu pula SPBU Vivo yang harga BBM-nya dinilai lebih murah ketimbang Pertalite. Harga BBM SPBU Vivo per tanggal 5 September 2022 untuk Revvo 89 Rp 8.900 per liter. Sedangkan Revvo 92 Rp 15.400 per liter, dan Revvo 95 Rp 16.100 per liter.

Seperti diketahui pada Sabtu (3/9/2022) Pertamina menaikkan harga Pertalite dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000. Hal ini bertujuan menurunkan beban subsidi dan kompensasi energi yang tahun ini nilainya berpotensi membengkak menjadi Rp 698 triliun, jauh di atas yang dianggarkan pemerintah Rp 502,4 triliun.

Pertamina Membantah

Ketika dikonfirmasi mengenai Pertalite yang lebih boros setelah harganya dinaikkan, Pertamina membantah bahwa kualitas Pertalite mengalami perubahan.

“Produk BBM Pertamina jenis Pertalite (RON 90) tidak mengalami perubahan spesifikasi,” kata Sekretaris Perusahaan Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting, dalam keterangan tertulisnya kemarin.

Dia menjelaskan bahwa standar dan mutu BBM Pertalite yang dipasarkan melalui lembaga penyalur resmi di Indonesia diatur dalam Keputusan Dirjen Migas Nomor 0486.K/10/DJM.S/2017 tentang Standar dan Mutu (Spesifikasi) Bahan Bakar Minyak Jenis Bensin 90 Yang Dipasarkan di Dalam Negeri. Batasan dalam spesifikasi Dirjen Migas yang menunjukkan tingkat penguapan pada suhu kamar di antaranya adalah parameter Reid Vapour Pressure (RVP).

“Saat ini hasil uji RVP dari Pertalite yang disalurkan dari Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Pertamina masih dalam batasan yang diijinkan, yaitu dalam rentang 45-69 kPa (Kilopascal). Adapun penguapan dapat berubah lebih cepat jika temperatur penyimpanan meningkat,” kata Irto.

Secara spesifikasi, batasan maksimum untuk penguapan atau yang biasa dikenal dengan istilah destilasi Pertalite adalah 10%, dibatasi maksimal 74° Celsius. Secara umum produk Pertalite ada di suhu 50° Celcius. Artinya, pada saat tempertur tersebut, Pertalite sudah bisa menguap hingga 10%.

“Semakin tinggi temperatur, maka akan semakin tinggi tingkat penguapannya,” tambah Irto.
Melalui lembaga penyalur resmi (SPBU dan Pertashop), Pertamina berkomitmen untuk menyalurkan produk-produk BBM berkualitas sesuai dengan spesifikasi. Melalui control kualitas, produk yang tidak sesuai spesifikasi tidak akan disalurkan ke lembaga penyalur.

Pertamina pun mengimbau agar konsumen melakukan pembelian BBM di lembaga penyalur resmi, seperti SPBU dan Pertashop, agar produk BBM yang didapatkan terjamin kualitas dan keamanannya.

Sumber : Duta Indonesia