PLN Jatim – YLPK Jatim Gelar Sharing dan Silaturahmi

Sharing dan Silaturahmi  PLN UID Jatim dengan  Yayasan  Lembaga  Perlindungan  Konsumen (YLPK)  Jatim diselenggarakan di Hotel Elmi, Surabaya, Kamis (23/7/2020).

Dalam sharing ini, pelanggan PLN menyampaikan komplain terhadap pelayanan PLN yang diberikan selama pandemi Covid-19. Terutama, adanya kenaikan tarif listrik yang dirasakan sangat memberatkan masyarakat di tengah- tengah wabah virus Corona yang menghantam perekonomian nasional akhir-akhir ini.

Pelanggan PLN di Jatim mencapai 12 juta pelanggan, namun hanya 4 persen yang mendapatkan diskon dan dibebaskan dari kewajiban membayar rekening tagihan listrik, karena pandemo Covid-19.

“Pada bulan Maret dan April 2020 , petugas pencatat listrik tidak turun ke lapangan.  Karenanya, tagihan pada bulan Mei dan Juni ada lonjakan pembayaran listrik.  Bahkan, ada tagihan yang melonjak sampai 80 persen,” ujar GM PLN Jatim , Nyoman S Astawa didampingi Agung Surana, Senior Manager Niaga dan Pelayanan PLN UID Jatim di Surabaya,  Kamis (23/7/2020).

Nyoman S Astawa menolak anggapan bahwa kenaikan tagihan listrik yang dialami sebagian pelanggan itu, bertujuan untuk menutupi keringanan pembayaran listrik pada pelanggan yang mendapatkan diskon dan keringanan, selama pandemi Covid-19.

“Lonjakan pembayaran tagihan listrik itu, karena adanya akumulasi yang tidak dibaca pada bulan bulan lalu,” ucapnya.

Hingga  dua hari lalu, 22 Juli 2020, jumlah komplain sebanyak 37.000. Ini terbilang kecil,dibandingkan total pelanggan 12 juta. Komplain komplain itu bisa dipahami para pelanggan. Yakni, dengan menunjukkan angka dan foto meteran listrik.

“PLN akan senantiasa mengupayakan para pelanggan tidak berat dalam membayar tagihan listrik,” kata Nyoman S Astawa.

Sementara itu, Ketua YLPK Jatim, Drs M Said Sutomo  mengatakan, bahwa konsumen terbagi menjadi dua, yakni konsumen antara dan konsumen akhir yang mendapatkan perlindungan dari Undang Undang Konsumen untuk  kebutuhan keluarga, dan bukan kebutuhan industri.

Definisi konsumen adalah yang memanfaatkan barang atau jasa untuk diri sendiri atau orang lain, dan bukan diperdagangkan.

“Kami mengapresiasi kinerja PLN yang sudah baik, karena byar-pet listrik sudah berkurang. Adanya  lonjakan tagihan rekening listrik dan dirasakan memberatkan pelanggan, bisa diselesaikan dengan mediasi. Pertemukan  PLN dan pelanggan dengan cara menyicil tagihan,” cetus M Said Sutomo.

Permasalahan tersebut, bisa ditangani dengan cepat dan konsumen merasa puas atas pelayanan PLN.

Contoh konkretnya, di kampung ada yang menggelar hajatan pernikahan, namun listrik padam mulai pagi hingga maghrib. Pelanggan akan menggugat PLN dan marah marah.

Lantas dikomunikasikan dengan PLN dan pelanggan, selepas maghrib, listrik sudah menyala. Pelanggan tidak jadi menggugat PLN. Fenomena ini, menunjukkan bahwa pelangan  cepat marah dan cepat memaafkan atas kejadian listrik padam.

Belakangan ini, banyak pengaduan online dan mengisyaratkan PLN harus beralih pada aplikasi digital. PLN harus siap jejak digital , jikalau ada komplain dari pelanggan dan cepat menyelesaikan permasalahannya.

“Ke depan, PLN bisa menyediakan akses digital kebutuhan konsumen. Selain itu, PLN akan mengurangi pemadaman terencana dan pemadaman akibat gangguan,”ungkap Said Sutomo.

Dalam sharing tersebut,  Saleh, seorang pengusaha mengusulkan pada PLN, agar PLN tidak gampang  memutus sambungan listrik.  Sebab, hal itu akan merugikan pelaku usaha, yang tengah berusaha bertahan di tengah tengah pandemi covid-19 ini.
“Asalkan ada komitmen dari pelanggan, pada akhir bulan dibayar tagihan listriknya. Maka, tidak akan diputus sambungan listriknya,” tutur  GM PLN Jatim , Nyoman S Astawa.
Ditambahkan  M Said Sutomo, masyarakat dan anak anak yang hobi bermain layang layang, kami harapkan jangan sampai mengganggu kabel listrik. Karena kualitas  pelayanan listrik yang belakang ini sudah membaik,  tidak byar-pet. Tetapi di musim layang layang  saat ini, mulai sering mengganggu kabel listrik PLN.

Oleh karena itulah, dihimbau  jika bermain layang layang hindari dan jangan sampai mengganggu aliran listrik di jalan maupun di kampung. Karena aliran listrik sangat vital bagi kepentingan publik, termasuk untuk akses internet belajar-mengajar dan bekerja dari rumah (work frome home/WFH).

“Akhir akhir ini banyak gangguan listrik, akibat bermain layang layang dan pohon di pinggir jalan yang roboh dan menimpa kabel listrik,” tukas M Said Sutomo.

Sumber : MediaSurabayarek

Tags: