Gara-gara penyebaran Covid-19 yang makin mengganas, menyebabkan mayoritas peserta rapat Koordinasi persiapan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di Kota Surabaya meminta PTM ditunda kembali.
Ketua Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (YLPK) Jawa Timur, Drs Muhammad Said Sutomo, menyatakan, mayoritas peserta rapat minta PTM ditunda, karena Covid-19.
“Kalau terus ditunda, lalu kapan mulainya ? Sementara pelaksanaan prokes Covid-19 juga belum efektif. Sampai sekarang segala upaya penanggulangan covid-19 belum ada yang efektif. Baik vaksin, test antigen, GeNose masih membuat semua ragu, apalagi sampai menggelar PTM,” ujar Said Sutomo yang juga menghadiri rapat koordinasi persiapan PTM di Surabaya.
Menurutnya, banyak anak didik yang sudah terlalu lama di rumah, tidak pernah masuk sekolah. Namun , mendadak naik kelas 2 tingkat di atasnya. Kondisi ini juga membingungkan.
Dipaparkan Said, selama ini yang menonjol dari penanganan covid-19 adalah kebingungan. Kondisi ini menyebabkan seluruh menjadi tidak sinkron dan rancu.
Contoh konkretnya adalah tradisi mudik Lebaran dilarang dan tempat wisata dibuka. Sementara, Tenaga Kerja Asing terus berdatangan dan masuk Indonesia.
“Prokes (protokol kesehatan) justru diketati, anak-anak sekolah hanya sibuk prokes, namun lupa akan kekuatam . Ke depan generasi ini akan menjadi sekuler sekali,” ucap Said.
Dalam kesempatan itu, Said mengusulkan Prokes Covid terbaru adalah 6 M , tidak lagi 5 M (menjaga jarak aman, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, memakai masker, menghindari kerumunan, mengurangi mobilitas dan interaksi) saja.
Namun ditambah 1 M lagi (membaca doa setiap saat dan di manapun berada). Usulan prokes 6 M ini, harus disosialisasikan dengan masif.
“Pada anak-anak kita sudah melupakan doa. Justru mereka hanya memperhatikan masker semata,” kata Said.
Sumber : Media Surabaya Rek