Harga Cabe Selangit, YLPK Jatim Menduga Adanya Permainan Pasar

Harga cabai di awal 2017 hingga bulan maret ini masih belum juga mengalami penurunan. Jumlah produksi yang terbatas dan pendistribusian yang tidak merata disebut menjadi gejala utama harga ‘si pedas’ ini melambung tinggi. Di kota Surabaya harga 1 kilogram cabai dipatok Rp 100 ribu lebih.

Mestinya, kenaikan itu bisa dikontrol jika pemerintah mempunyai mekanisme antisipasi yang lebih sistematis dan permanen. “Ini sudah sering terjadi setiap tahun, maka mestinya sudah bisa diantisipasi sejak dini, baik dari sisi produksi sampai pengamanan stoknya,” tandas Ketua YLPK Jatim Said Sutomo.

Jika impor sampai terjadi, lanjut Said, maka itu semakin memperkuat dugaan bahwa pemerintah sedang bermasalah dalam hal produksi dalam negeri yakni fluktuasi harga, dan posisi stok.

Dari sisi produksi, terdapat masalah yang sangat serius yang menyebabkan rendahnya produktivitas, terutama terkait penyusutan lahan yang sudah banyak beralih fungsi, sehingga petani hanya memanen tujuh ton untuk setiap satu hektare.

“Terus bagaimana realisasi cetak lahan baru belum saat ini,” tanya Said.

Minimnya produksi tersebut menyebabkan harga cabai sangat fluktuatif dan rawan permainan harga. Saat ini, cabai merah sudah berada pada kisaran Rp100.000, “Itu berarti sudah lampu merah, atau peringatan. Dari sisi stok, peran Bulog belum maksimal dalam mengelola stok pemerintah. Apakah? serapan Bulog sangat minim, karena terkendala kewenangannya yang terbatas.

Aspek lain apakah komunikasi pemerintah belum jalan sehingga faktor distribusi yang terkait langsung dengan penyediaan/optimalisasi sarana distribusi, termasuk koordinasi yang kuat dari gudang/pelabuhan sampai penyedia angkutan tidak efektif.

Pihaknya berharap penuh pemerintah untuk sesegera mungkin mengeluarkan aturan teknis terkait dengan pengelolaan barang kebutuhan pokok yang lebih baik. Sehingga, kedepan kebijakan pemerintah akan lebih sistematis, permanen, dan mempunyai dasar hukum yang kuat.

Sumber : Bisnis Surabaya