Sejak pemerintah Kota Surabaya menetapkan kebijakan memindah bus Antar Kota Antar Propvinsi (AKAP) trayek Pantura yang trayek Lamongan, Tuban, Semarang dan AKAP trayek Malang yang selama ini terpusat di Terminal Bungurasi ke Terminal Osowilangun (TOW) maka selama delapan hari sejak tanggal 1 Mei sampai dengan 8 Mei 2012 para konsumen pengguna jasa bus AKAP terebut keleleran dan terlantar.
Lebih tragis lagi bagi para konsumen yang telah mengejar bus ke TOW sampai di lokasi ternyata tak mendapati bus pengangkut yang yang diharapkan kecuali angkutan umum lain yang tarifnya suka-suka yang melejit hingga berlipat-lipat. Untuk mengatasi keterbatasan bekal para konsumen terpaksa naik truk dan ada yang beralih ke kereta api.
Kisruh TOW yang merugikan kepentingan umum itu sebenarnya tak perlu terjadi manakala Pemerintah Kota memiliki perencanaan yang cerdas bukan atas dasar pokok-e pindah trayek bus Pantura. Berdasarkan perencanaan yang matang dari pemikiran yang cerdas tentu akan melahirkan kebijakan yang mampu mengubah perilaku masyarakat. Minimal Pemerintah Kota Surabaya mempertimbangkan hasil survey YLPK Jatim Pebruari 2012 yang hasilnya dipresentasikan dalam hearing dengan DPRD Kota Surabaya pada tanggal 23 Pebruari 2012. Tapi rupanya tak dijadikan pertimbangan sehingga menimbulkan penolakan masyarakat konsumen.
Hasil survey YLPK Jatim memberikan petunjuk bahwa 80 persen konsumen tak setuju trayek bus Pantura dipindah ke TOW, sebanyak 20 persen setuju dari responden acak sebanyak 500 konsumen. Ini artinya sebanyak 20 persen mempresentasikan masyarakat konsumen bus AKAP Pantura pengguna jasa terminal Bungurasih karena terpkasa. Berarti TOW punya pangsa pasar yang kemungkinan terdiri dari para konsumen warga Kota Surabaya Utara dan warga dari pulau Madura yang sesungguhnya lebih butuh ke TOW daripada ke Terminal Bungurasih.
Karena apa konsumen lebih memilih ke Bungurasih daripada ke TOW? Sebanyak 81 persen konsumen menyatakan aksesibilitasnya lebih mudah, 26 persen menyatakan trayeknya lengkap, 3 persen menyatakan ada perwakilan PO, dan sisanya 7 persen menyatakan tidak tahu. Ketika konsumen dikroscek dengan pertanyaan karena apa tak ke TOW saja daripada ke Terminal Bungurasih? Sebanyak 51 persen menyatakan karena TOW dinilai terpencil, 24 persen menyatakan trayeknya tak lengkap, 1 persen meyatakan karena tak ada perwakilan PO, dan sisanya 24 persen menyatakan tak tahu. Dengan demikian animo masyarakat konsumen ke TOW sebenarnya tinggi tapi karena aksesibilitasnya tak pernah dievaluasi, ketersediaan dan keandalan pelayanannya moda transportasinya tak pernah dibenahi sehingga TOW terkesan terpencil dari Kota Surabaya padahal masih di dalam Kota Surabaya.
Karenanya manakala TOW ingin menyedot konsumen bus AKAP Pantura maka konsumen memberikan saran dan solusinya seperti yang disampaikan ke YLPK Jatim melalui surveynya: sebanyak 32 persen konsumen menyarankan aksesibilitas ke TOW diperbaiki, 26 persen konsumen menyarankan trayek Pantura di TOW ditambah, 21 persen konsumen menyatakan sebagian trayek Pantura bus AKAP di Bungurasih dipindah, 8 persen konsumen ingin bangunan mangkrak di depan TOW dibangun, 11 persen menyatakan tak tahu, dan hanya 2 persen menyarankan semua trayek Pantura di Terminal Bungurasih dipindah ke TOW.
Jadi permasalahan TOW bukan pada bagaimana cara meramaikannya tapi bagaimana memberikan ketersediaan dan keandalan pelayanan moda transportasi umum yang ada di TOW memenuhi harapan konsumen? Namun adanya ketersediaan dan keandalan pelayanan moda transportasi umum di TOW itu pun belum cukup manakala tak didukung dengan aksesibilitas moda transportasi umum di Kota Surabaya yang menghubungkan ke TOW yang tepat waktu, tepat biaya dan tepat mutu pelayanan. Pertanyaannya: apakah moda transportasi umum yang ada di Kota Surabaya selama ini baik angkot, mikrolet dan bus kotanya dari sisi kuantitas dan kualitasnya telah menggerakkan animo masyarakat konsumen ke TOW ataukah sebaliknya justru mengarahkan aimo masyarakat konsumen ke Terminal Bungurasih?
Inilah yang harus dijawab terlebih dahulu sebelum melahirkan kebijakan yang tak cerdas berupa pokok-e trayek Pantura bus AKAP di terminal Bungurasih pindah ke TOW..!
Inilah yang harus dijawab terlebih dahulu sebelum melahirkan kebijakan yang tak cerdas berupa pokok-e trayek Pantura bus AKAP di terminal Bungurasih pindah ke TOW..!
Oleh: M. Said Sutomo
Ketua Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (YLPK)
Jawa Timur