Tren Positif, Pebisnis dan Konsumen Makin Optimistis

consumer_societyJAKARTA – Tren positif perekonomian Indonesia diiringi optimisme pebisnis dan konsumen. Itu terlihat dari positifnya indeks tendensi bisnis dan indeks tendensi konsumen.

Deputi Bidang Neraca dan Analisis Badan Pusat Statistik (BPS) Slamet Sutomo mengatakan, pada triwulan III-2009, indeks tendensi bisnis mencapai 112,86. Angka itu menunjukkan bahwa kondisi bisnis triwulan III lebih baik dibanding triwulan II yang indeks tendensi bisnisnya sebesar 110,43. ”Peningkatan kondisi bisnis dipicu naiknya pendapatan usaha, kapasitas produksi, dan rata-rata jam kerja,” ujarnya di Kantor BPS kemarin (10/11).

Indeks tendensi bisnis sendiri diperoleh dari survei bersama antara BPS dan Bank Indonesia (BI) yang dilakukan tiap triwulan di beberapa kota besar terpilih di seluruh provinsi di Indonesia. ”Jumlah sampelnya 2.400 perusahaan besar dan sedang dengan responden pimpinan perusahaan,” katanya.

Menurut Slamet, semua sektor ekonomi mengalami peningkatan nilai indeks. Sektor transportasi dan telekomunikasi mengalami peningkatan bisnis tertinggi dengan nilai indeks 121,24, sedangkan sektor pertambangan dan penggalian mengalami peningkatan bisnis terendah dengan nilai indeks 103,54. Nilai standar indeks tendensi adalah 100.

Sementara, prospek bisnis triwulan IV-2009 diperkirakan sebesar 109,58. Artinya, secara umum kondisi bisnis pada triwulan IV diperkirakan meningkat, meski lebih lambat dibandingkan triwulan III-2009. ”Pada triwulan IV, semua sektor ekonomi diperkirakan meningkat. Kecuali sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan yang diperkirakan mengalami penurunan,” terang Slamet.

Sementara itu, indeks tendensi konsumen yang khusus dilakukan di wilayah Jabodetabek menunjukkan angka 107,79 atau meningkat dibandingkan indeks triwulan II-2009 yang sebesar 106,42. Menurut Slamet, kondisi konsumen membaik karena adanya peningkatan pendapatan rumah tangga, rendahnya pengaruh inflasi terhadap konsumsi makanan sehari-hari, dan meningkatnya konsumsi beberapa komoditas makanan dan bukan makanan. “Termasuk biaya perumahan, pendidikan, dan transportasi,” sebutnya. (jawapos)